Tuesday, March 30, 2010

Syeikh Djanan Thaib; Syeikh Pelajar-Pelajar Nusantara di Al Azhar & Pendiri Sekolah Indonesia (Melayu) Pertama di Luar Negeri


ZAKI MUJAHID dalam "Al A'lam Syarqiyyah Fil Mi'ah Ar Rabi'ah Asyrah Al Hijriyah" atau "Tokoh-Tokoh Timur Pada Ratus Keempatbelas Hijriyah" yang terbit di Beirut, Lebanon pada tahun 1948 menyebutkan:


"DJANAN THAIB: Dilahirkan di kota Padang, Indonesia (yang dikenal dengan Kepulauan Jawah). Tumbuh dan belajar di sana. Lalu pergi ke Mesir dan belajar di Al Azhar. Memperoleh berbagai ilmu dari ulama-ulama zamannya. Dan memperoleh ijazah "Al 'Alimiyah" (licence, sarjana muda). Ia adalah orang Indonesia pertama yang memperoleh ijazah ini dari Al Azhar.Djanan Thaib salahseorang yang aktif dalam pergerakan kebangsaan Indonesia dan termasuk pemimpinnya. Ia adalah orang pertama yang membentuk Organisasi Kemerdekaan Indonesia di Mesir.Wafat pada tahun 1365 H. (1946 M.) di Mekkah Al Mukarramah, dalam usia kira-kira enampuluh tahun." (Sumber asal dari surat kabar Al Masry, 1946)


.………………………………


Hanya Syeikh Djanan Moehammad Thaib -lah satu-satunya tokoh Nusantara (Melayu) yang disebutkan Zaki Mujahid dalam bukunya itu.


………………………………………………


DJANAN MOEHAMMAD THAIB dilahirkan di kampung Sarik, Sumatera Barat pada tahun 1891 M. (1297 H.).Mengenyam pendidikan pertama di kampungnya, di Sumatera Barat. Setelah menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama, pada tahun 1911 saudaranya yang bernama Yahya -- yang terkenal kaya -- mengirimnya ke Mekkah untuk belajar di Masjidil Haram sebagaimana halnya ulama-ulama Nusantara masa itu.


Djanan Thaib belajar di Masjidil Haram beberapa lama. Tahun 1919, ia pergi ke Kairo untuk melanjutkan pelajarannya.


Pada tahun 1920-an sewaktu belajar di Al Azhar, Djanan Thaib memimpin majalah bulanan "Seruan Al Azhar" yang berisikan seruan revolusi terhadap penjajah di Kepulauan Nusantara dan Semenanjung Malaya. Di samping berisikan agama dan budaya. Djanan Thaib adalah orang Indonesia (dan Nusantara) pertama yang mendapatkan ijazah 'Alimiyah dari Al Azhar pada tahun 1926 (1344 H.).


Kemudian pada bulan Sya'ban tahun yang sama ia pergi ke Mekkah untuk tinggal di sana.Setelah menetap permanen di Mekkah ia mengajukan permohonan kepada Yang Mulia Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud agar menyetujui pendirian satu sekolah Islam Indonesia di Mekkah Al Mukarramah pada zaman Dinasti Saudi masa itu.


Raja Abdul Aziz menyambut baik permintaan ini karena beliau termasuk orang yang cinta ilmu dan para penuntutnya. Maka beliau memberi izin kepada Djanan Thaib untuk mendirikan sekolah Indonesia pertama, pada tahun 1346 H.


Sebenarnya tujuan dari pendirian sekolah itu karena Syeikh Djanan Thaib terketuk hatinya melihat banyaknya putera-putera Nusantara (Indonesia dan Malaya) yang datang ke Mekkah Al Mukarramah untuk menuntut ilmu.


Lalu sekolah itu dinamakan dengan "Al Madrasah Al Indunisiyah" atau "Sekolah Indonesia".


Doktor Zuhair Kutbi, budayawan Saudi, mengatakan bahwa Sekolah Indonesia yang didirikan oleh Syeikh Djanan Thaib di Mekkah pada tahun 1346 H. merupakan sekolah asing (non Saudi) pertama yang didirikan di Kerajaan Arab Saudi sejak berdirinya kerajaan itu.


Syeikh Djanan ingin menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam dengan prinsip-prinsipnya yang moderat melalui sekolah yang beliau dirikan di Mekkah itu. Tatkala para pelajar telah lulus dari Sekolah Indonesia dan sebagian pulang ke negeri masing-masing di Indonesia atau Malaysia, mereka harus melaksanakan amanat yang ada di pundak mereka yang berasal dari Syeikh Djanan Thaib pendiri sekolah ini yang diucapkan pada akhir kelulusan ketika penyerahan ijazah.

Mereka harus mengerahkan daya upaya mereka bagi menyebarkan cahaya Islam di Nusantara dan mampu melawan tujuan-tujuan missionaris terhadap agama Islam yang lurus.


Sekolah Indonesia yang didirikan Syeikh Djanan Thaib terletak di Al Gararah, di gedung (burj) Minangkabau, rumah Syeikh Muhammad Nur Salim Al Khalidi. Dalam pembukaan sekolah itu hadir tokoh-tokoh terkenal, ulama, sastrawan Mekkah dan para pejabat.


Terakhir sekolah itu pindah ke samping rumah Syeikh Mustafa Indragiri, depan rumah Syeikh Majid Kurdi pemilik percetakan Al Majidiyah di Al Gararah, Mekkah Al Mukarramah.


Selanjutnya Raja Abdul Aziz mengeluarkan Dekrit Kerajaan pada tanggal 18 Muharram 1347 H. yang mengangkat Syeikh Djanan Thaib bersama dengan sembilan ulama di Masjidil Haram sebagai anggota pengawas dalam "Biro Pengawas Pelajaran-Pelajaran dan Pengajaran di Masjidil Haram" atau "Hai'ah Muraqabah Ad Durus Wat Tadris Fil Haram Asy Syarif" yang dipimpin oleh Syeikh Abdullah bin Hasan Aal Syeikh. Melalui dekrit itu pula beliau diangkat sebagai pengajar resmi di Masjidil Haram dan dekrit ini dimuat dalam surat kabar "Ummul Qura" di Mekkah edisi 185, hari Jum'at 18 Muharram 1347 H. Di samping itu Pengadilan Tinggi Agama Mekkah Al Mukarramah mengangkat beliau sebagai penghulu (ma'dzun syar'i) bagi orang-orang Nusantara (Melayu) masa itu.


Syeikh Djanan Thaib mengurus sekolah itu hingga beliau meninggal dunia. Kemudian diteruskan oleh Syeikh Abdul Jalil Al Maqdisy hingga ditutup pada tahun 1390 H.


Sekolah Indonesia itu telah mengemban peranan pendidikan di Mekkah lebih dari 40 tahun. Sekolah itu akhirnya ditutup karena semakin banyaknya bertebaran sekolah-sekolah milik pemerintah (negeri).


Masa itu Sekolah Indonesia di Mekkah ini memperoleh banyak bantuan dari Rabithah Alam Al Islamy yang berpusat di Mekkah Al Mukarramah.


Sekolah Indonesia di Mekkah telah meluluskan tidak sedikit dari pelajar-pelajar yang kemudian melanjutkan pendidikan mereka di Al Azhar. Selanjutnya mereka menjadi dai-dai dan penyeru-penyeru Islam di Nusantara. Beberapa lulusan Sekolah Indonesia ini kemudian memegang jabatan penting di Indonesia dan Malaysia.


Tidak hanya Rabithah Alam Islamy, ketika itu Direktorat Kementerian Pendidikan (Mudiriyat Al Ma'arif) Kerajaan Arab Saudi di Mekkah juga selalu mensuplai buku-buku pelajaran yang diperlukan. Pengajaran di sekolah ini berlangsung dengan menggunakan pengantar bahasa Indonesia (Melayu) bagi mengajar anak-anak Nusantara bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama sesuai dengan kurikulum dengan supervisi Direktorat Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab Saudi masa itu.


Mengingat sambutan yang begitu besar dengan banyaknya murid-murid, maka sekolah diadakan dua kali; pagi dan petang. Kebanyakan guru-gurunya adalah anak-anak lulusan Al Azhar yang didatangkan oleh Direktorat Kementerian Pendidikan untuk mengajar di sana.


Kemasyhuran Sekolah Indonesia di Mekkah yang didirikan oleh Syeikh Djanan Thaib ini telah banyak disinggung dalam beberapa buku, antara lain:

1. Dalil Al Hajj, karya Shalih Muhammad Jamal.

2. Qalbu Jazirah Al Arabiyah, karya Fuad Hamzah.

3. Al Jazirah Al Arabiyah, karya Hafiz Wahbah.

4. Makkah Fil Qarnil 14 Al Hijri, karya Muhammad Umar Rafi'.

5. Syibhu Jazirah Al Arab Fi 'Ahdi Al Malik Abdul Aziz, karya Khairuddin Az Zarkily (pengarang ensiklopedi tokoh-tokoh "Al A'lam").

6. At Ta'lim Al Ahly Lil Banin Fi Makkah Al Mukarramah, karya Faisal Abdullah Maqadimy.


Di samping mengajar, Syeikh Djanan Thaib juga menulis buku-buku. Syeikh Anwar -- putera sulung Syeikh Djanan Thaib -- telah bercerita bahwa Syeikh Djanan Thaib telah mengarang tidak sedikit buku dalam ilmu-ilmu agama. Hal itu bersandarkan pada perkataan beberapa ulama terkenal yang pernah belajar di Sekolah Indonesia yang juga murid Syeikh Jenan, antara lain: Syeikh Hasbullah Makabu, Syeikh Abdullatif Fadan dan Syeikh Najmuddin Bila.


Syeikh Djanan Moehammad Thaib wafat pada pagi hari Senin, 10 Rabi'ul Awwal 1365 H. di An Naqa, Mekkah Al Mukarramah pada umur 68 tahun dan dimakamkan di Pekuburan Al Ma'la. Semoga Allah selalu merahmati beliau … Amin. (farhankournia)


-------------------------------------------------

***** Dari berbagai sumber.

No comments: