Saturday, February 27, 2010

Mereka Yang Keluar Dari Ikhwanul Muslimun … Kapan, Bagaimana dan Mengapa?*


Oleh Isham Tolaemah**


TUJUAN riset ini bukanlah untuk mengorek masa lalu untuk mengeluarkan ketergelinciran-ketergelinciran masa itu dan kesalahan-kesalahan dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau melukai pihak manapun, atau bagi keuntungan pihak lain. Tujuannya hanyalah memandang masa lalu dengan pandangan tajam, bagi memetik pelajaran-pelajaran dan nasehat-nasehat dengan mengambil ilham darinya yang akan membantu memahami masa sekarang dan menyongsong masa depan. Dan melipat lembaran yang ada di ruang tak diketahui ke hadapan Al Khaliq Yang Maha Agung dan Maha Tinggi; termasuk dari kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Agar kita tidak menghancurkan masa depan demi keuntungan masa lalu. Agar tidak terulang jatuh pada kesalahan dalam berinteraksi dengan manusia dengan berpura-pura melupakan kedudukan-kedudukan mereka dan jasa-jasa mereka. Dan mengurutkan mereka sebaik-baiknya dalam klasifikasi yang akan memperkuat barisan nasional, bukan melemahkan barisan nasional. Membangkitkan pemikiran Islam, menyuburkannya dengan berbagai sumber yang tidak harus keluar dari satu penyangga dakwah dan satu pemikiran.


Saya telah memilih mereka yang keluar dari IM berdasarkan satu situasi atau satu perselisihan pemikiran; baik dalam pemikiran IM, atau dalam pemikiran pengendalian organisasi. Saya menjauhkan diri dari perpecahan-perpecahan yang ada berdasarkan sebab-sebab politik atau pribadi atau sejenisnya, karena dua sebab penting: PERTAMA, sulit dalam hal ini bagi saya menghasilkan satu penelitian yang berakhir dengan satu keputusan tepat, atau dengan menyalahkan satu pandangan dan membenarkan yang lain. Karena ia biasanya hanya terjadi pada masalah-masalah manajerial organisasi rahasia semata. KEDUA, sulit bagi saya mendengarkan dari kedua belah pihak, karena di dalamnya ada masalah-masalah organisasi yang kadang disembunyikan oleh satu pihak apa yang ada padanya. Karena hal itu digolongkan sensitif untuk dapat dikeluarkan dan disebarkan bagi orang-orang yang memberikan kesaksian-kesaksian, atau sebagai tuduhan bagi saya memperoleh informasi dari pihak-pihak keamanan, hal yang akan dapat menyangsikan transparansi saya dan hasil penelitian.


Motiv-Motiv Keluar Dari IM.


Motiv-motiv dan sebab-sebab keluar dari organisasi IM bukanlah satu, namun bermacam-macam. Mayoritasnya berdasarkan situasi-situasi pemikiran. Baik terkait dengan satu situasi perasaan ataupun situasi yang disadari akibat mihnah (cobaan, penangkapan-penangkapan) yang mendorong orang-orang yang bersangkutan membuat keputusan-keputusan mereka, atau orang yang keluar dari IM berharap berakhirnya permasalahan-permasalahan, lalu berfikir pada satu sarana lain yang akan ia gunakan dengan tanpa berbenturan dengan organisasi IM atau rezim yang ada. Dan saya dapat membatasinya sebagai berikut:


1. Sebab Pemikiran:


Dari sebab-sebab yang bertolak dari pemikiran, dimana perselisihan dengan IM dalam arah, ataupun sepakat dengan IM dalam tujuan; yaitu mendirikan satu negara Islam dan membawa masyarakat kepada Islam. Namun berbeda dalam media (wasilah) dan alat untuk merubah masyarakat atau kesesuaian kondisi masyarakat dengannya. Di antara mereka adalah Jamaah Syabab Muhammad. Mereka telah memisahkan diri dari IM pada zaman Hasan Al Banna. Penyebabnya karena mereka menuduh IM meninggalkan kewajiban berjihad dan mengubah kemungkaran dengan tangan (kekuatan). Di antara mereka (yang keluar karena pemikiran) juga Ali Sami An Nasyar pengarang buku "Nasy'atu Al Fikr Al Falsafi Fil Islam" (Pertumbuhan Pemikiran Filsafat Dalam Islam), dll. Sebagian mereka telah bergabung dengan partai (politik) "Misr Al Fatah" dan turut serta bersama partai itu dalam peristiwa penghancuran bar-bar pada tahun 1938. Dimana Ahmad Husein telah menarik pemikirannya dari partai itu setelah hampir empatpuluh tahun dalam satu artikelnya di majalah Al Azhar tahun 1978.


2. Puas Terhadap Sarana-Sarana Lain Untuk Beraktifitas.


Di antara mereka yang puas dengan satu media lain untuk berkhidmat pada Islam, yaitu cara kooperasi (koalisi) dengan penguasa dan tidak berbenturan (clash) dengan penguasa. Dan menggunakan peluang yang diberikan pemerintah kepadanya dimana memberi akses dalam satu kementerian tertentu atau satu jabatan untuk melakukan tugas-tugasnya bagi berkhidmat pada Islam. Di antara mereka yang terkenal adalah dua tokoh yang memiliki bobot dalam organisasi IM secara khusus, dan dalam pemikiran Islam secara umum, yaitu Syeikh Ahmad Hasan Al Baqury dan Dr. Abdul Aziz Kamil. Keduanya memegang jabatan Kementerian Wakaf pada era Gamal Abdul Nasser.


Adapun Syeikh Ahmad Hasan Al Baqury, beliau telah puas melalui jabatan beliau sebagai Menteri Wakaf mampu berkhidmat pada dakwah dan Islam lebih banyak daripada keberadaan beliau di organisasi IM.


Gamal Abdul Nasser dan tokoh-tokoh Revolusi Juli 1952 telah meminta IM untuk mencalonkan empat orang bagi menduduki kementerian-kementerian pada Pemerintahan Revolusi. Lalu IM mencalonkan orang-orang yang tak termasuk Al Baqury. Kemudian Pemerintah Revolusi mencalonkan Al Baqury dalam Kementerian wakaf, dan Al Baqury menerima. (Tapi) Maktab Irsyad menolak usulan itu. Dengan itu Al Baqury telah menyalahi keinginan IM, selanjutnya Al Baqury mengajukan pengunduran dirinya dari organisasi IM.


Salahseorang wartawan telah bertanya kepada Syeikh Al Baqury Menteri Wakaf tentang sebab-sebab pengunduran dirinya dari IM. Beliau menjawab "Itu adalah sebab-sebab yang lebih saya sukai pada jiwa saya. Bukanlah di antara sebab-sebab itu ada satu sebab yang menyentuh penghormatan saya kepada saudara-saudara saya di IM dan kebanggaan saya pada mereka. Setiap orang dari mereka; baik kecil maupun besar (memiliki) tempat terdalam di hati saya."


Benar, Al Baqury memiliki prestasi-prestasi hebat di Kementerian Wakaf. Beliau memiliki satu peran terhadap para pemuda IM yang dihalangi oleh pihak keamanan dalam pengangkatan mereka. Kesepuluh orang pemuda itu adalah dari lulusan Al Azhar yang diangkat sebagai imam dan khatib, dan pihak keamanan menolak pengangkatan mereka karena berafiliasi kepada organisasi IM. Tiba-tiba Al Baqury mengejutkan semua orang dengan mengangkat mereka atas tanggung jawabnya secara pribadi. Di antara sepuluh orang itu adalah Yusuf Al Qardlawy dan Ahmad Al 'Assal. Dan Al Baqury juga telah membantu sejumlah anggota IM dan membebaskan sebagian mereka dari ketidakadilan, sebagaimana sejarawan IM Mahmud Abdul Halim bersaksi atas hal itu. Dimana ia berkata tentang beliau "Ini adalah kejutan yang menyakitkan yang berakhir dengan hilangnya dari dakwah salahseorang anaknya yang tua, kecintaan pribadi Mursyid Am—dari satu sisi—kepada Akh ini tidak hilang. Sebagaimana—dari sisi lain—Akh Kabir ini tidak hilang cinta dan penghargaannya kepada Mursyid Am. Lalu saya putuskan giliranku bahwa kecintaanya padaku tidak hilang … Saya telah sebutkan contoh-contoh tindakan yang mengisyaratkan bahwa Akh ini (Al Baqury) meskipun telah hilang kedudukannya dalam dakwah tapi ia berupaya dengan keras untuk menerapkan prinsip-prinsip yang ia pelajari dari dakwah dan contoh-contoh yang ia masukkan dalam posisi barunya."


Adapun Dr. Abdul Aziz Kamil yang digelari "Ibnud Da'wah Al Bikr" (Anak Sulung Dakwah, maksudnya dakwah IM) oleh Hasan Al Banna ketika itu adalah seorang penanggung jawab Divisi Keluarga. Ketika terjadi benturan antara Abdul Nasser dan IM tahun 1954 ia dipenjara di Penjara Perang. Ketika itu ia menulis daftar-daftar nama, karena tulisannya yang indah. Dan ia menguasai pengaturan urusan-urusan keseharian di penjara. Maka para pejabat Penjara Perang menggunakannya dalam mengatur urusan-urusan penjara itu, penulisan daftar nama-nama, dll. Hal yang membuatnya memiliki satu posisi di samping mereka yang kadangkala diperhitungkan. Ia telah meringankan banyak anggota IM yang mendapat siksaan, karena ia memiliki posisi di mata para pejabat penjara.


Namun ia merenungkan kondisi dakwah sedangkan ia berada dalam penjara. Panjang sekali berfikirnya hingga akhirnya ia menempuh satu jalan lain bagi aktifitas dakwah. Ia telah berterus terang kepada salahseorang muridnya tantang hal itu. Dan saya telah bertanya kepada muridnya itu tentang sebab keputusan Abdul Aziz Kamil meninggalkan aktifitas bersama IM. Ia mengatakan bahwa Abdul Aziz Kamil tiada mencintai—selain kecintaannya pada Allah dan RasulNya—seorang pun sebagaimana cintanya pada ibunya.


Petugas-petugas penjara telah mendatangkan ibunya kepadanya di tahanan serta mengancam dengan ibunya. Ini adalah penyebab keruntuhannya. Dan fikirannya (selalu) dalam pencarian satu cara lain untuk mengabdi pada Islam dengan tanpa berada dalam organisasi IM. Kemudian Abdul Aziz Kamil keluar dari penjara dan setelah itu menjabat di Kementerian Wakaf pada zaman Abdul Nasser.


3. Menghindarkan Dakwah Berbenturan Dengan Penguasa.


Diantara orang-orang yang meninggalkan IM berdasarkan pandangannya, ada sekelompok lain. Mereka berpandangan sebagaimana pandangan adanya satu benturan tajam yang tampak di cakrawala dan memperingatkan terjadinya satu benturan tajam berdarah antara Pemerintah Revolusi dan IM, tepatnya antara Gamal Abdul Nasser dan IM. Maka mereka berfikir untuk menjauhkan diri dari konflik tajam ini serta berupaya mencari satu lapangan untuk beraktifitas bagi berkhidmat kepada Islam dalam lapangan itu, jauh dari aktifitas organisasi dalam IM.


Di antara mereka adalah Ustadz Al Bahi Al Khouli, yaitu dari generasi Hasan Al Banna dan Al Qardlawy. Beliau melihat hubungan antara IM dan Abdul Nasser mencapai satu fase kemacetan (stagnasi) dan ketersumbatan yang parah. Ketika itu pandangannya—sebagaimana Syeikh Al Qardlawy telah menceritakan pada saya—bahwa organisasi harus mencukupkan pada apa yang telah dipersembahkan dari satu sejarah yang gemilang dan menarik diri dari kegiatan politik hingga tidak merusak sejarahnya dan apa yang telah dipersembahkannya. Benar, Al Bahi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan IM. Hubungan Al Bahi Al Khouli sebelumnya dengan IM telah memiliki satu keistimewaan dalam meringankan ketegangan yang kuat—dalam beberapa hal—antara Abdul Nasser dengan IM, khususnya dengan sebagian individu mereka yang tidak ada perselisihan pribadi antara mereka dengan Abdul Nasser. Sebagaimana Al Bahi Al Khouli memiliki seorang anak lelaki yang bekerja sebagai seorang perwira di Penjara Perang—bernama Majid—yang ketika itu meringankan para tahanan IM.


4. Kelemahan dan Tidak Kuat Menanggung Siksaan Penjara.


Di antara mereka ada yang sebab meninggalkan IM secara organisasi (bukan secara dakwah) karena menerima siksaan di penjara, atau berpandangan bahwa keberadaannya di penjara bukanlah untuk kepentingan dakwah. Lalu bagaimana atas mereka jika mengirim surat permohonan (al isti'taf) kepada Gamal Abdul Nasser atau sepucuk surat dukungan untuknya dalam pemerintahan, yaitu apa yang disyaratkan oleh Pemerintah Revolusi masa itu bagi orang yang ingin keluar dari penjara. Di antara mereka adalah sejumlah kecil dari orang-orang alumni Al Azhar, yaitu yang meninggalkan satu kesan—hingga kini pada generasi tua IM—buruk terhadap alumni Al Azhar pada sebagian anggota IM. Ketika itu Pemerintah Revolusi telah menyatakan bahwa siapa yang mengirim surat dukungan kepada Abdul Nasser maka akan dibebaskan. Maka organisasi IM memutuskan barangsiapa yang mengirim sepucuk surat dukungan termasuk dipecat dari IM atau mengundurkan diri dari IM.


Di antara orang-orang yang mengirimkan surat kepada Abdul Nasser adalah Syeikh Shalah Abu Ismail. Abu Ismail tidak bergabung dengan IM pada zaman Hasan Al Banna, meskipun ia telah mendengar tentang beliau banyak sekali dan kagum terhadapnya. Tapi ia bergabung dengan IM ketika mendengar perkataan Abdul Qadir Audah yang sedang berpidato di pertemuan IM. Ia mendengar Abdul Qadir Audah berkata "Mesir adalah negara parlemen (daulah niyabiyah). Andai kita mampu masuk dalam dewan parlemen dengan banyak, maka kita telah sampai perubahan yang kita inginkan sesuai dengan rencana islami kita." Maka mantaplah hati Shalah Abu Ismail pada hari itu untuk bergabung dengan IM secara organisasi. Ketika itu adalah awal tahun 50-an, pemuda Shalah Abu Ismail aktif. Ia berperan di bagian mahasiswa organisasi IM, tepatnya di Fakultas Bahasa Arab Universitas Al Azhar. Ia memiliki kegiatan-kegiatan dalam perjuangan di Terusan Suez melawan Inggris. Ia melakukan beberapa kegiatan tekhnis. Ia juga anggota teater (sandiwara) IM. Bahkan ia adalah pemuda nomor satu grup itu, mengingat kefasihan bahasanya, wajahnya yang menarik, tinggi badannya yang atletis dan posturnya tinggi. Ia telah memerankan Hercules dalam salahsatu teater IM.


Kemudian Shalah Abu Ismail dan anggota-anggota IM ditangkap pada tahun 50-an. Dan dibuka pintu pembebasan untuk tahanan IM bagi yang mengirim surat dukungan untuk Presiden Gamal Abdul Nasser. Kemudian ia mengirim sepucuk surat dari dalam tahanan. Dalam pembukaannya ia menulis "Dari Tahanan Shalah Abu Ismail Kepada Bapak Presiden (As Sayyid Ar Rais) Gamal Abdul Nasser."


Bersamaan dengan keluarnya da'i Shalah Abu Ismail dari tahanan setelah mengirimkan surat, maka ia menerima pekerjaan di Al Azhar. Lalu muncul peran dakwahnya dan melakukan kegiatan politik parlemen serta memasuki parlemen. Beliau termasuk tokoh-tokoh islamis pertama yang melakukan kegiatan politik. Ketika IM keluar dari penjara-penjara, mereka mulai memasuki pemilihan umum. Para pemuda IM mulai bertanya-tanya "Bagaimana posisi Shalah Abu Ismail secara organisasi? Apakah ia dari IM atau tidak?" Maka Syeikh Abu Ismail menukas jalan dengan kemahirannya yang terkenal terhadap setiap orang yang tawar menawar dengannya dengan mengatakan "Andai IM mengeluarkanku dari pintu, maka aku masuk pada mereka dari jendela." Bahkan IM memanfaatkan usaha politik Shalah Abu Ismail ini. Hal yang menjadikan seorang pemuda IM berhasil lolos bersama beliau dalam daftar calon legislatif yang sama dengan beliau, yaitu Dr. Isham Iryan yang menjadi anggota parlemen termuda pada masanya.


5. Perselisihan Dalam Mengendalikan Organisasi.


Disana ada satu sebab yang berasal dari perselisihan dalam cara mengendalikan organisasi, tepatnya bagaimana mengendalikan konflik dengan Gamal Abdul Nasser dan Pemerintah Revolusi. Di antara mereka adalah orang-orang tua (masyayeikh): Abdul Muiz Abdul Sattar, Muhammad Al Ghazaly dan Sayyid Sabiq. Adapun yang pertama, telah meninggalkan organisasi setelah melihat cara mengendalikan organisasi yang tidak sesuai baginya, menyalahi Maktab Irsyad, melangkahi individu-individu dan melanggar keputusan-keputusan organisasi. Saya telah bertanya kepada Syeikh Abdul Muiz tentang pengunduran dirinya dari IM. Beliau menjawab "Saya tidak mengundurkan diri dari IM dan tidak memisahkan diri. (Tapi) saya meninggalkan mereka, karena buruknya Maktab Irsyad. Kami semua telah membaiat Hasan Al Hudaiby sebagai Mursyid. (Tapi) ia tiada berkumpul bersama kami selama memegang jabatan itu, kecuali sedikit sekali. Sebagaimana ia dan beberapa pejabat bertemu dengan Abdul Nasser dan mereka berunding dengannya dengan tanpa merujuk pada kami atau memberitahu apa yang telah terjadi atau (dengan bahasa lain) kami anggota Maktab Irsyad hanya sekumpulan ember (jardal). Artinya prinsip utama syura tidak diterapkan. Saya telah melihat satu kerusakan dalam pemikiran tentang syura dan satu kerusakan dalam pengendalian organisasi, maka saya meninggalkan mereka. Ketika itu saya mempunyai satu fikiran dalam benturan dengan Pemerintah Revolusi, yaitu organisasi harus menghindari benturan (clash) ini." Adapun yang dua yang lain yaitu Al Ghazaly dan Sabiq, mereka berdua telah menduduki (mengambil alih) Markas Besar IM dan keduanya memimpin satu revolusi terhadap Mursyid IM (Hasan Al Hudaiby) atas informasi-informasi campuraduk yang sampai kepada mereka tentang Hudaiby. Akibatnya setelah itu mereka berdua dipecat dari organisasi.


Setelah dipecatnya Al Ghazaly dari IM, beliau tidak berubah sikap terhadap organisasi dimana beliau tumbuh di dalamnya—perkataan yang sama juga dikatakan pada Sayyid Sabiq—atau berubah menjadi musuh dan benci kepadanya atau anggota-anggotanya. Meskipun apa yang ditulis Al Ghazaly dalam mengkritik Al Hudaiby Mursyid Am IM dalam bukunya "Min Ma'alimil Haqq Fi Kifahinal Islamil Hadits", khususnya cetakan pertama. Al Ghazaly berkata tentang sikapnya terhadap IM setelah pemecatannya, sedangkan mereka (IM) telah dimasukkan dalam tahanan-tahanan dan penjara-penjara, dan beliau telah menduduki satu posisi dan kedudukan di Kementerian Wakaf "Biro Informasi di Kementerian Wakaf telah mengadakan penelitian (al ihsa') terhadap orang-orang yang ingin masuk (bekerja) ke dalamnya, hasilnya tiga perempat dari mereka menyebut nama saya. Ketika saya disinggung tentang hal itu (maka) saya katakan 'Arti pegawai umum adalah pelayan publik, benar bukan sekedar klaim basa-basi … Dengan sendirinya IM—secara individu—adalah orang pertama yang memiliki kemampuan dengan aktifitas ini. Selagi saya senang bertemu dengan mereka dan saya dinginkan kegelisahan mereka dan saya lihat dari diri saya kesiapan penuh bagi membantunya!"


Ketika datang peristiwa penangkapan-penangkapan tahun 1965 yang mana operasi penangkapan-penangkapan itu lebih hebat daripada operasi-operasi sebelumnya, Syeikh Ghazaly berkata "Saya diminta ke stasiun radio. Ketika saya pergi saya mendapati sejumlah tokoh-tokoh tua IM. Ketika itu komentar-komentarnya terbatas 'Sesungguhnya Presiden memerintahkan menyebarkan keburukan para teroris. Dan memperingatkan rakyat agar tidak terkecoh mereka atau bekerjasama dengan mereka. Dan hendaklah anda melakukan kewajiban tanah air ini secepatnya!' Saya termangu di atas kursi karena sesak dada. Para pengawas acara melihat hal itu namun mereka pura-pura bodoh. Lalu mereka memintaku—sebagai orang yang telah dipecat dari IM—untuk memulai rekaman! Jawaban saya ketika itu tegas 'Saya siap untuk berbicara tentang Islam dan urgensi menghidupkan kembali apa yang telah mati dari hukum-hukumnya. Dan saya siap menunjukkan orang-orang yang salah; baik para penguasa maupun rakyat. Bagi memperbaiki apa yang telah terjadi pada mereka dari kesalahan. Adapun memaki IM sendiri bukanlah perangai saya, saya bersiap untuk bersiap terluka!' Dikatakan (pada beliau) "Mereka telah memecat anda dari kelompok (jama'ah) mereka, lalu mengapa anda tetap pada mereka?", maka akan saya katakan "Jika mereka telah membuatku lemah sewaktu mereka kuat, maka aku tidak akan membuat mereka lemah di saat aku bebas merdeka!" Itu tiada lain hanyalah saat-saat hingga ketika itu pembatasan ada di tanganku!"


Situasi-situasi yang sama (terjadi) pada Sayyid Sabiq. Beliau bersama Syeikh Al Ghazaly di Kementerian Wakaf. Ia tiada mengecilkan peran Abdul Muiz Abdul Sattar terhadap dua temannya, khususnya ketika keluar menuju Arab Saudi, lalu ke Qatar. Ketika itu beliau memiliki banyak situasi dalam membantu anggota IM yang diburu di luar Mesir.


6. Berkhidmat Umum Untuk Islam.


Disana ada sekelompok orang yang meninggalkan IM secara organisasi, namun tidak secara pemikiran. Mereka berpandangan bahwa mereka telah sampai pada fase yang harus menjadi tokoh-tokoh ummat. Dan mereka hanya menjadi milik ummat saja. Dan mereka tidak terkekang oleh satu kerangka organisasi. Mereka lebih banyak untuk ummat daripada untuk organisasi. Di antara mereka adalah: Dr. Yusuf Al Qardlawy. Beliau tetap menjadi seorang anggota organisasi IM semenjak awal tahun 40-an dari abad XX hingga mendekati akhir 80-an, tepatnya tahun 1988. Al Qardlawy telah meminta dari Jaringan Internasional (At Tanzim Al 'Alamy) IM pengecualian dari keanggotaan organisasi pada IM mengingat karena ia telah menjadi wakil ummat sebagai tokoh daripada mewakili organisasi IM. Manfaatnya dalam kedudukan ini lebih banyak dan lebih membuahkan bagi Islam tanpa diragukan. Dan IM telah memahami permintaannya serta segera memberikan jawaban, sebagaimana dikatakan oleh Al Qardlawy.


Ini adalah satu paparan global tentang sebab-sebab penting yang menyebabkan keluarnya sebagian anggota IM dari orang-orang yang berbeda pemikiran atau cara berinteraksi dengan organisasi. Dan dapat diperhatikan pada setiap orang yang keluar dari organisasi IM dalam kondisi-kondisi yang telah kita sebutkan bahwa mereka tidak menghapus masa lalunya dan tidak meninggalkan berbuat untuk Islam. Bahkan ketika organisasi IM keluar dari penjara-penjara Abdul Nasser pada awal tahun 70-an, mereka tiada mendapati pakaian untuk untuk dikenakan kecuali dari mereka para tokoh yang meninggalkan organisasi. Bahkan di antara mereka ada yang memasukkan dirinya dalam bahaya dengan memberikan bantuan materi dan bantuan kepada keluarga-keluarga anggota IM di luar penjara-penjara. Sebagaimana disebutkan oleh Al Ghazaly dalam memoarnya. Dan Wahbah Hasan Wahbah pemilik penerbitan terkenal yang dipenjara karena memberikan bantuan-bantuan materi kepada anggota-anggota IM dan yang lain yang tidak dapat disebutkan mengingat sempitnya tempat untuk menyebutkannya. Kesemuanya memercikkan jiwa besar, akhlak yang baik, tidak pura-pura lupa, dan menjaga budi.


Catatan Pinggir dan Sumber-Sumber:
1. Lihat koran "Al Masry" edisi yang terbit 11/9/1952.

2. Lihat "Ibnul Qoryah Wal Kuttab" (memoar Al Qardlawy), Jilid II, hal. 248.

3. Lihat "Al Ikhwanul Muslimun Ahdats Shana'atit Tarikh" karya Mahmud Abdul Halim (3/150-155).

4. Lihat sumber di atas (3/156).

5. Lihat memoar Abdul Aziz Kamil dengan judul "Fi Nahril Hayah" cetakan Al Maktab Al Masry Al Hadits.

6. Dari pertemuan dengan Syeikh Abdul Tawwab Haikal, salahseorang tahanan IM di Penjara Perang tahun 1954. Ketika itu Abdul Aziz Kamil adalah penyebab yang menghalangi penyiksaan terhadapnya ketika memasuki penjara itu pertama kali; tatkala ia mengharap para perwira penjara tidak menyiksanya maka mereka menerima permintaan itu.

7. Beliau adalah Syeikh Hasan Isa Abdul Dhahir. Dari pertemuan dengan Syeikh Yusuf Al Qardlawy.

8. Dari pertemuan Dr. Hasan Isa Abdul Dhahir, salahseorang tahanan IM di Penjara Perang tahun 1954 dengan Dr. Abdul Aziz Kamil dalam satu sel.

9. Dari pertemuan dengan Ali Nuwaito, salahseorang anggota Jaringan Khusus (At Tanzim Al Khas) cabang Imbaba, dan salahseorang terdakwa perencanaan operasi pembunuhan Gamal Abdul Nasser. Ia telah telah dihukum kerja paksa seumur hidup pada tahun 1954.

10. Lihat mukaddimah buku "Syahadah … Aqsamtu An Aquulal Haqqa" yaitu kesaksian Syeikh Shalah Abu Ismail dalam masalah Jaringan Khusus, cetakan Darul I'tisham.

11. Saya telah mendengar teks surat Syeikh Shalah Abu Ismail kepada Presiden Gamal Abdul Nasser dalam salahsatu putaran pemilihan umum. Salahseorang alumnus Al Azhar telah membacakannya di depan hadirin di masjid besar di kota Oseim, Gizah, dari bab tudingan terhadap Shalah Abu Ismail atas kelemahannya, dan perusakan citranya. Dengan itu mungkin akan menghancurkan dukungan para pemuda IM padanya. Satu hal yang berbalik terhadapnya. Shalah Abu Ismail menjawab dengan perkataannya "Sesungguhnya kata 'Dari Tahanan' yang ada pada awal surat seharusnya berada setelahnya, yaitu satu gambaran yang saya berada dalam satu realita yang pahit; satu siksaan berat badan dan jiwa." Maka bergemalah masjid itu dengan suara takbir sebagai dukungan terhadap Shalah Abu Ismail.

12. Lihat "Qissatu Hayati" karya Syeikh Muhammad Al Ghazaly.

--------------------------------------------------------------------------------

*Dikutip dari majalah bulanan Mesir "Al Kutub Wijhat Nadlar" edisi Oktober 2008.



**Peneliti dan da'i.


CATATAN:

- Artikel ini aslinya dimuat di majalah bulanan "Kutub Wihjat Nadlar"http://www.weghatnazar.com/article/article_details.asp?id=1303&issue_id=91

- Kemudian dimuat ulang di Islamonline.nethttp://www.islamonline.net/servlet/Satellite?c=ArticleA_C&cid=1225119329223&pagename=Zone-Arabic-Daawa%2FDWALayout
- Jika anda pernah membaca buku "Ayyamun min Hayati" yang merupakan kisah hidup "Wanita Besi" tokoh Persaudaraan Muslimat (Al Akhawat Al Muslimat) Zainab Al Ghazaly di Penjara Perang Abbasiyah era Gamal Abdul Nasser pasti anda akan nyambung dengan kisah ini. Buku Zainab Al Ghazaly itu pernah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi "Hari-hari Dalam Hidupku" pada tahun 90-an oleh penerbit GIP.

No comments: